Resensi Singkat #5

http://3.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TPzGBoJSDzI/AAAAAAAABtg/e6rMWaxpko4/s1600/imgPractical%2BMagic3.jpg


Practical Magic

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TPzEuUrsEJI/AAAAAAAABtY/5Dl_nuR4JNM/s1600/Kinema.jpg

Sutradara: Griffin Dunne
Pemain:
Sandra Bullock, Nicole Kidman, Stockard Channing, Dianne Wiest, Goran Višnjić, Aidan Quinn, Evan Rachel Wood, Alexandra Artrip, Mark Feuerstein, Lora Anne Criswell, Camilla Belle

Tahun Rilis: 1998

Film ini diangkat dari novel Practical Magic karya Alice Hoffman.

Practical Magic menawarkan sebuah cerita tentang penyihir-penyihiran yang sebenarnya bisa saja menyenangkan andai saja sutradara film ini tahu arah ketika mengerjakan film ini. Ini lah contoh film yang tidak jelas, atau sepertinya tidak yakin, tone dan suasana apa yang sebaiknya disajikan. Untuk jadi tontonan keluarga (yang bisa dinikmati semua lapisan keluarga), film ini hadir terlalu menyeramkan (apalagi ditambah unsur-unsur yang terlalu dewasa untuk anak-anak). Sedangkan untuk jadi tontonan dewasa, film ini malah terlalu kekanak-kanakan.

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga penyihir yang sudah hidup generasi demi generasi selama 300 tahunan. Keluarga ini ditimpa sebuah kutukan yang mengakibatkan semua suami penyihir-penyihir tersebut akan mati. Solusinya simpel, lebih baik tidak jatuh cinta daripada sakit hati di kemudian hari. Dua saudari penyihir muda di keluarga ini, Sally dan Gillian (Sandra Bullock dan Nicole Kidman), harus menderita karena kutukan turunan tersebut. Keadaan pun menjadi kacau ketika keduanya tidak sengaja melakukan pembunuhan. Sisanya silahkan tonton saja sendiri.

Apakah ini sebuah thriller tentang ilmu hitam? Atau sebuah komedi? Tapi sebuah film bisa saja multi-genre kan? Practical Magic bisa dibilang berusaha mencampur-campur unsur komedi, drama, roman, dan misteri. Sebenarnya masih ada beberapa bagian film ini yang cukup saya nikmati. Dan ada beberapa bagian juga yang masih terasa orisinil. Terlebih penampilan solid dari Nicole Kidman dan Sandra Bullock yang, untungnya, membuat saya mampu menonton film ini sampai habis. Tapi, secara keseluruhan, film ini terlalu formulaic, bahkan old-fashioned, untuk dibilang menghibur. Dan yang paling buruk dari Practical Magic adalah pemanfaatan deus ex machina pada ending-nya yang terasa sangat murahan (bukan berarti deus ex machina adalah sesuatu yang murahan).

http://2.bp.blogspot.com/-x6JeoUYjJP4/TWvK0M7UldI/AAAAAAAACNM/X9VifyRcutw/s1600/D.bmp

Susah Jaga Keperawanan di Jakarta

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TPzDkeDcVTI/AAAAAAAABtQ/-xrvUD0fbGw/s1600/Kinema.jpg

Sutradara: Joko Nugroho
Pemain:
Masayu Anastasia, Aulia Sarah, Sarah Rizkya, Rifki Balwel, Indra Birowo, Tessy Srimulat

Tahun Rilis: 2010

Sejujurnya saya bingung apa yang harus saya tulis tentang film ini. Bayangkan saja, sudah berapa banyak judul-judul film Indonesia era 2000-an yang mengangkat tentang perek, pelacur, PSK, diskotek, bar, terutama yang premisnya berupa “gadis kampung datang ke Jakarta untuk mencari duit tetapi malah terjebak di dunia perperekan.”

Dan seperti film-film sejenisnya (yang malas saya sebut satu per satu), film ini gagal dari segala aspek. Gagal mungkin terlalu sopan untuk ukuran film-film semacam ini, hancur total tepatnya (itu pun masih terlalu sopan). Plot yang buruk. Skenario yang buruk. Eksekusi yang buruk. Pemotongan-pemotongan adegan yang buruk. Humor yang buruk. Diperlengkap pula dengan adegan-adegan berbau cheesy tingkat tinggi yang bertebaran di mana-mana Buruk. Buruk. Buruk. Ah, sudahlah, apalagi yang bisa diharapkan dari film semacam ini. Oh ya, saya mau protes tentang judulnya yang sangat-panjang. Bukan kah lebih “bagus”: Susahnya Jaga Keperawanan di Jakarta! Lengkap dengan tanda seru.

http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp

Push

http://3.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TPzGv9mRQsI/AAAAAAAABtw/p4juw5t_y2s/s1600/Kinema.jpg

Sutradara: Paul McGuigan
Pemain:
Chris Evans, Dakota Fanning, Camilla Belle, Djimon Hounsou, Li Xiaolu, Cliff Curtis, Neil Jackson, Ming-Na, Maggie Siff

Tahun Rilis: 2009

Push diperlengkap dengan sinematografi yang canggih serta akting yang kental (siapa yang meragukan Dakota Fanning?). Berita buruknya, semua itu cuma terasa sia-sia semata di sini. Dari premisnya saja, film ini sudah menjanjikan sesuatu yang berbau-bau konyol. Film ini bercerita tentang orang-orang yang mempunyai kekuatan khusus. Saya tidak akan menjabarkan satu per satu kekuatan tersebut. Intinya, film ini bercerita tentang aksi-aksi Chris Evans, Dakota Fanning, dan Camilla Belle yang didesain secanggih mungkin.

Ada banyak hal yang bisa disalahkan dalam Push: potongan plot-plot yang mubazir, bagian-bagian panjang yang membosankan, skenario yang tidak menyenangkan, bahkan backsound yang juga sama sekali tidak menolong. Tapi, yang paling patut disalahkan dari Push adalah bahwa film ini sudah sangat berhasil memberikan kebosanan panjang dari awal sampai akhir.

http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp

The Love Letter

http://4.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TPzGShIrBGI/AAAAAAAABto/ubkfEOr4iWw/s1600/Kinema.jpg

Sutradara: Peter Chan
Pemain:
Kate Capshaw, Blythe Danner, Ellen DeGeneres, Tom Selleck

Tahun Rilis: 1999

Film ini diadaptasi dari novel The Love Letter karya Cathleen Schine.

The Love Letter dibestu oleh Peter Chan, sutradara Hong Kong yang menyutradarai The Eye (remake) dan The Warlord. Ini film pertamanya di Hollywood. Sayangnya film debutannya ini lebih mirip opera sabun ketimbang film sinematik. Film ini bercerita tentang Helen MacFarquhar (Kate Capshaw), janda 40 tahun pemilik sebuah toko buku yang selalu mengeluhkan kehidupannya. Sampai suatu hari, Helen menemukan surat-surat misterius, tidak bernama dan tidak bertujuan, terselip di tumpukan surat-suratnya. Imajinasi liar Helen pun mulai berfungsi. Apakah Johnny (Tom Everett Scott), mahasiswa yang kurang lebih 20 tahun lebih muda daripada Helen yang mengirimkan surat-surat misterius tersebut? Atau George (Tom Selleck), pria yang lebih seusia yang sudah mencintai Helen sedari dulu? Kisah seperti ini, yang hanya berputar di situ-situ saja, tidak terlalu tepat untuk ditonton selama 88 menit.

Yang memperlengkap keburukan The Love Letter adalah dialog dan akting pemainnya yang benar-benar ala opera sabun. Sutradara film ini, Peter Chan, mencoba mencampurkan unsur komedi ringan dengan melodrama. Sayangnya yang saya dapat akhirnya malah campuran yang tidak jelas hasilnya. Baik unsur komedi maupun unsur drama di film ini, tidak ada satupun yang berhasil.


http://3.bp.blogspot.com/-HrnJzFBqkWE/TWvSnLDFJEI/AAAAAAAACNs/dplSEkLtvWY/s1600/E.bmp

Popular posts from this blog

Nine

A Nightmare on Elm Street

BUtterfield 8