Krámpack coming-of-age, sexual confusion, dan sexual awakening

TULISAN INI MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER!
Oleh: Rio Johan (Rijon)Sutradara: Cesc Gay
Pemain: Fernando Ramallo, Jordi Vilches, Marieta Orozco, Esther Nubiola, Chisco Amado, Ana Gracia, Myriam Mézières, Muntsa Alcañiz, Mingo Ràfols, Pau Durà, Eduardo González, Gaelle Poulavec, Jesús Garay, Eloi Yebra

Tahun Rilis:
2000
Judul Internasional: Nico and Dani

Nico and Dani membawa kisah seputar coming-of-age, sexual confusion, dan sexual awakening dengan pendekatan yang mengingatkan pada Éric Rohmer. Film ini bercerita tentang Nico (Jordi Vilches) dan Dani (Fernando Ramallo), sesuai dengan judulnya, dua sahabat-sangat-akrab yang menghabiskan musim panas berdua di rumah pantai milik keluarga Dani. Keduanya 17 tahun. Keduanya perawan. Dan keduanya sama-sama berada dalam fase “bingung” atas sisi seksual tubuh mereka tetapi penasaran untuk “menjelajahi” detil-detilnya. Sebelumnya, saya peringatkan resensi di bawah ini tidak untuk 18 tahun ke bawah.

Krámpack, judul natif film ini mengacu pada tindakan masturbasi yang dilakukan Nico dan Dani. Keduanya “bereksperimen” dengan cara membantu satu sama lain melakukan mastrubasi secara bergiliran. Istilah yang lebih ilmiah mungkin “mutual mastrubation.” Begitulah ....

Lalu keduanya bertemu sepasang sepupu cantik, seusia dengan mereka, Elena (Marieta Orozco) dan Berta (Esther Nubiola) – yang sebenarnya sudah pernah mereka kenal musim panah sebelumnya. Nico tertarik dengan Elena, dan merasa tertarik juga untuk melakukan praktik seksual sebenarnya bersama Elena. Pasangan yang tersisa tentu tinggal Dani dan Berta. Sayangnya Dani tidak tertarik dengan Berta, karena perlahan-lahan Dani mulai menyadari ketertarikannya pada Nico. Bukan premis yang baru, sudah bertebar malah, sebut saja Eternal Summer atau Coklat Stroberi.

http://2.bp.blogspot.com/_FWlFbU673eI/TRC4UHGLEDI/AAAAAAAAB1Q/7LYqmKSmbcQ/s1600/Kinema.jpg

Walaupun bukan materi yang orisinil, Nico dan Dani tetap bisa berhasil ditampilkan dengan cara yang menarik. Simplenya, film ini bercerita tentang “sexual discovery” baik Nico maupun Dani. Yang satu homoseksual dan yang satunya lagi heteroseksual. Secene-per-scene ditampilkan dengan suasana yang tepat sesuai materinya, hasilnya kebingungan remaja di film ini bisa saya resapi dengan cukup baik. Dan penggunaan “Krámpack,” atau “mutual mastrubation,” di sini sebagai juktaposisi antara orientasi seksual Nico dan Dani juga dilakukan dengan sangat baik. Nico menganggap “Krámpack” yang mereka lakukan itu sekedar main-main, kenakalan/keliaran remaja tanpa makna, semata. Sementara Dani justru meresapi apa yang Nico lakukan pada tingkat yang lebih mendalam. Dibantu dengan latar pe-pantai-an musim panas, Nico and Dani nyatanya berhasil menyajikan sebuah tontonan yang renyah, dengan bantuan humor-humor kelam, tanpa perlu mengorbakan ketajaman pembawaan materinya.

Ada berbagai macam hal yang pantas dipuji dari film ini. Akting dua pemeran utamanya salah satunya. Hal lainnya yang juga patut dipuji ialah detil. Keluguan, kebingungan, dan ketidakberpengalaman Nico dan Dani untuk urusan gejolak seksual masing-masing digambarkan melalui detil-detil kecil yang menari, seperti Cognac yang dipesan Dani misalnya. Detil yang paling terlihat ialah saat Nico dan Dani berdandan dan bertingkah ala dewasa ketika mengundang Elena dan Berta ke rumah pantai. Singkatnya, kecanggungan Nico dan Dani di sini digambarkan dengan sangat baik melalui detil-detil. Terlebih lagi detil-detil tersebut mampu menyatu dengan suasana pe-pantai-an musim panas dan menghasilkan tekstur tertentu pada hubungan para remaja tersebut.

Dalam Nico and Dani, tokoh juga merupakan bagian dari detil. Seperti guru bahasa Inggris Dani (Ana Gracia) yang diposisikan sebagai observator. Atau, Julian (Chisco Amado), seorang pria gay, yang diposisikan sebagai medium sexual awakening (sekaligus pendewasaan) Dani.

Kerealistisan dan kejujuran dalam membahas muatannya juga salah satu kemenarikan Nico and Dani. Film ini bahkan melangkah lebih dalam lagi ketika sudah memasuki area nilai-nilai, etis dan mana yang tidak. Ada kalanya, baik Nico ataupun Dani, melakukan hal yang petut dipertanyakan ketisannya. Seperti ketika Dani memanfaatkan situasi, Berta yang sedang terbaring di ranjang, untuk menguji orientasi seksualnya. Tidak etis kan? Hanya saja film ini tidak melakukan penghakiman pada tokoh-tokohnya, yang artinya tidak membuat film ini berbau menggurui. Yang pasti, Nico and Dani jauh berada di atas level film-film klise seksualitas-remaja Hollywood pada umumnya.

Dan ketika musim panas berakhir, life must go on ....

Popular posts from this blog

Nine

A Nightmare on Elm Street

BUtterfield 8